Jumat, 20 Desember 2013

Teguh Kukuh, Keras Sekaleee...!



Hari Senin hari gilanya Teguh, teman sebangku Epi di 3-IPA-6. Bukan apa-apa seperti hari-hari Senin yang lalu Teguh mengenakan celana dalam garis-garis warna oranye, jelas sekali menerawang di balik celana seragam putihnya. Dan jam ke 5 itu Epi bukannya konsentrasi ke pelajaran Kimia Pak Andriwan tapi malah mikirin cel-dalnya Teguh. Epi sudah bersahabat dengan Teguh sejak mereka masih di bangku SD. Tapi belum pernah Epi tertarik sama benda segitiga berwarna ngejreng yang dikenakan Teguh seperti hari ini.
"Ini bukan hari Rabu,khan Guh!" bisik Epi.
"Iya gue tau, ini hari Senin emang kenapa?"
"Kenapa lu pake zwempak batik sih?"
"Anjir lu, Pi. Celokan ladem gue bukan batik lagi. Babe gue baru dibeliin selusin dari Australi, Bo!"
"Tapi warnanya, Guh, warnanya. Seenggak-enggaknya jangan lu pake hari Senin dong. Apalagi yang sekarang ini lu pake, warna oranye. Awas ditangkap bu Kantin lho, dikira ada kunyit di pantat lu."
"Eh, kampret. Ini kolor mahal tau." Teguh langsung memeloroti risluting celana panjangnya dan memamerkan cawat impor-nya. Epi sampai melotot melihat jendolan di selangkangan sohib kentalnya itu. Kombinasi antara cawat yang minim dengan ukuran alat vital yang dahsyat.
"Iya keren lu, tapi kenapa mesti keras begini sih?" Epi meremas bungkusan kenyal di antara kedua paha kekar Teguh. Si Teguh memang atlet Yudo. Dan dia diam saja digerayangi Epi yang tau-tau malah merundukkan kepalanya ke bawah meja dan langsung aja "self-service" menyingkapkan kancut Teguh yang "electric orange" itu. Dengan santainya di masukkannya ujung kontol Teguh kedalam mulutnya yang langsung aktif menyedot-nyedot. Teguh agak blingsatan, kaget campur doyan. Epi belum pernah segila itu soalnya, menganggap peler Teguh itu sedotan! Susah payah dia berusaha tenang duduknya. Untungnya,teman-teman lain sibuk memperhatikan Pak Andriwan yang terus saja menerangkan. Seluruh urat-urat kelelakian Teguh serasa ingin meledak di kulumi Epi begitu rupa. Sebentar saja anak itu mengejang bagian bawah tubuhnya dan muncratlah persediaan air mani remajanya. Teguh agak menggeliat sedikit dan mulai melenguh, "Ngghhhh....!"
Pak Andirwan menatap ke arah Teguh.
"Ya, Teguh. Ada pertanyaan?"
"Ngghhhh...arrrgggghhhh....nggak ada Pak cuma saya penasaran aja apa benar ini hari Senin?"
Teguh benar-benar gila!" Dan Epi menarik kepalanya dari bawah meja.

"Bolpen saya jatuh, Pak!" tangkisnya melihat Pak Andirwan memandang penuh selidik ke arahnya.Epi menyeka mulutnya kalem. Puas!