Hari Senin hari gilanya Teguh, teman
sebangku Epi di 3-IPA-6. Bukan apa-apa seperti hari-hari Senin yang lalu Teguh
mengenakan celana dalam garis-garis warna oranye, jelas sekali menerawang di
balik celana seragam putihnya. Dan jam ke 5 itu Epi bukannya konsentrasi ke
pelajaran Kimia Pak Andriwan tapi malah mikirin cel-dalnya Teguh. Epi sudah
bersahabat dengan Teguh sejak mereka masih di bangku SD. Tapi belum pernah Epi
tertarik sama benda segitiga berwarna ngejreng yang dikenakan Teguh seperti
hari ini.
"Ini bukan hari Rabu,khan
Guh!" bisik Epi.
"Iya gue tau, ini hari Senin
emang kenapa?"
"Kenapa lu pake zwempak batik
sih?"
"Anjir lu, Pi. Celokan ladem
gue bukan batik lagi. Babe gue baru dibeliin selusin dari Australi, Bo!"
"Tapi warnanya, Guh, warnanya.
Seenggak-enggaknya jangan lu pake hari Senin dong. Apalagi yang sekarang ini lu
pake, warna oranye. Awas ditangkap bu Kantin lho, dikira ada kunyit di pantat
lu."
"Eh, kampret. Ini kolor mahal
tau." Teguh langsung memeloroti risluting celana panjangnya dan memamerkan
cawat impor-nya. Epi sampai melotot melihat jendolan di selangkangan sohib
kentalnya itu. Kombinasi antara cawat yang minim dengan ukuran alat vital yang
dahsyat.
"Iya keren lu, tapi kenapa
mesti keras begini sih?" Epi meremas bungkusan kenyal di antara kedua paha
kekar Teguh. Si Teguh memang atlet Yudo. Dan dia diam saja digerayangi Epi yang
tau-tau malah merundukkan kepalanya ke bawah meja dan langsung aja
"self-service" menyingkapkan kancut Teguh yang "electric
orange" itu. Dengan santainya di masukkannya ujung kontol Teguh kedalam
mulutnya yang langsung aktif menyedot-nyedot. Teguh agak blingsatan, kaget
campur doyan. Epi belum pernah segila itu soalnya, menganggap peler Teguh itu
sedotan! Susah payah dia berusaha tenang duduknya. Untungnya,teman-teman lain
sibuk memperhatikan Pak Andriwan yang terus saja menerangkan. Seluruh urat-urat
kelelakian Teguh serasa ingin meledak di kulumi Epi begitu rupa. Sebentar saja
anak itu mengejang bagian bawah tubuhnya dan muncratlah persediaan air mani
remajanya. Teguh agak menggeliat sedikit dan mulai melenguh,
"Ngghhhh....!"
Pak Andirwan menatap ke arah Teguh.
"Ya, Teguh. Ada pertanyaan?"
"Ngghhhh...arrrgggghhhh....nggak
ada Pak cuma saya penasaran aja apa benar ini hari Senin?"
Teguh benar-benar gila!" Dan
Epi menarik kepalanya dari bawah meja.
"Bolpen saya jatuh, Pak!"
tangkisnya melihat Pak Andirwan memandang penuh selidik ke arahnya.Epi menyeka
mulutnya kalem. Puas!