Sekali lagi, Indoboy membawa kisah
gay-seks berbau " bondage ala Indonesia". Kisah ini fiktif belaka.
Adapun persamaan nama atau karakter, hanyalah kebetulan saja. Tanggapan ataupun
keluhan atau problem-problem cinta/seksual, harap layangkan e-mail ke ---->
Lakindo12@hotmail.com. Semua surat pasti dibalas. Nikmati juga kisah saya yang
lain" Ngisep Kontol India", " Seks Di Penjara part 1, part
2", sedangkan Kisah kisah lain yang akan menyusul masih under
construction, antara lain," Seks Di Dalam Taksi", "Pak Hansip
Parjo" dan "Guru SMP Cabul"
Cintailah Kontol Indonesia. Aku
Cinta Kontol Indonesia.
Salam Reformasi, Selamat Membaca.
" ", PART ONE
Usman perlahan-lahan membuka
matanya. Ditatap sekelilingnya. Perahunya sudah terdampar di pantai pasir
dengan air jernih. Langit masih mendung, dengan hujan rintik-rintik. Mungkin
sudah berjam-jam dia tertidur di atas perahunya. Dengan lemas, dia beranjak
dari perahunya. Dia berjalan menusuri pantai nan indah itu. Ditelusurinya
keadaan disekitarnya. Terlihat hutan belantara nan lebat di arah utaranya.
Diputar arah langkah kakinya ke arah hutan lebat itu. Mungkin ada buah-buahan
yang bisa dipetik untuk mengganjal perut, pikirnya.
Usman adalah seorang nelayan dari
kepulauan Maluku. Badannya tinggi kekar , berkulit sawo matang dengan dada
bidang. Sudah 20 tahun dia mencari nafkah sehari-hari dengan menangkap ikan di
laut.Umur Usman 34 tahun.Kumisnya yang simpatik sangat mengundang perhatian
wanita. Matanya yang hitam dan rambutnya yang ikal membuat dia semakin
kelihatan tampan. Terbayang kembali wajah istri dan anak-anaknya yang pasti
lagi menunggu di rumah. Pasti mereka cemas sekali, pikirnya. Kemarin malam ada
badai topan yang besar, hingga dia kehilangan kendali perahu penangkap ikannya
sampai dia terdampar di pulau asing ini. Mungkin pulau ini di dekat Irian Jaya.
Mungkin dekat Papua Nugini.Tapi dia masih terlalu capek untuk memikirkan di
mana dia sebenarnya. Yang dipikirkannya adalah rasa lapar dan hausnya.
Belum sampai sesaat dia berjalan
menelusuri hutan lebat itu, tampak segerombolan orang-orang berkulit hitam
mengelilinginya. Mereka bermunculan dari arah pepohonan. Dihitungnya jumlah
orang-orang itu. Satu..dua..tiga... empat..tujuh orang. Tujuh pria dewasa
berbadan kekar penuh otot dengan sebatang tombak di tangan dan sehelai cawat
sebagai penutup alat kelaminnya. Tubuh mereka hitam legam terpanggang terik
sinar matahari. Rambut mereka keriting, dengan mata hitam besar menantang.
Ternyata suku liar penghuni pulau ini. Berbahasa Indonesiakah mereka, pikirnya.
Tetapi tangannya sudah disergap dari belakang oleh dua pemuda tegap berbadan
besar. Tanpa berani berontak, dia membiarkan tangannya diikat dari belakang
dengan tali goni.
" Mug jah dsi or guh fam
nha?" kata seorang pria yang maju , mungkin kepala suku, karena cat di
mukanya lebih banyak dan aksesori di tangannya lebih semarak.
Usman diam saja. Dia tak mengerti
apa yang pria hitam itu katakan. Kedua lengannya masih dicengkeram hebat dari
belakang oleh kedua pemuda setengah telanjang itu.
" Mah ghu tay re bu na
sah?" katanya lagi. " Guh je rag khu nuy vag dhuy op luin nas?"
Lelaki itu beranjak maju sambil
menaruh kedua telapak tangannya ke dada Usman . Dengan kasar dia membuka baju
Usman. Usman diam saja tak bergeming, mungkin takut ditusuk dengan tombak.
Hatinya dag dig dug tak menentu. Apa sih yang dia mau?
Tangan si kepala suku itu
membelai-belai dada bidangnya, kemudian bergerak ke arah puting susunya yang
sebelah kiri. Si kepala suku kemudian memijit-mijit puting susu itu dan
menjilatnya
dengan lidahnya. Usman terpana, tapi
diam saja. Lelaki itu kemudian menghisap dan menggigit gigit puting susunya
itu. Lalu sebelah kanan juga, sehingga kedua puting susu Usman membengkak
merah. Menegang.
Tangan si kepala suku itu bergerak
kebawah ke arah pusarnya. Lalu berhenti di depan kontol Usman. Di bukanya
celananya dan dilorotkannya hingga Usman telanjang bulat. Kontol Usman pun terlihat
karena dirinya sudah telanjang. Kontol Usman panjangnya kira-kira 12 cm, dan
sudah disunat. Warnanya coklat. Bentuknya seperti pisang ambon bergantung di
antara kedua buah zakarnya. Malu sekali rasanya, dilihat oleh seluruh
pemuda-pemuda disekelilingnya itu. Ditatapnya sekelilingnya. Ternyata
pemuda-pemuda itu semuanya sedang menatap ke arah kontolnya yang
ter"expose". Rasa malunya pun berlalu sudah ketika kepala suku itu
memegang kontolnya itu dan berjongkok dihadapannya.
" Hha Ke aay lam nuh juh gak,......HUUUII
,.....HUUUII.....!!!!," teriak si kepala suku itu seperti kerasukan setan
sambil memegangi batang kontol Usman dan memijit-mijitnya kepalanya yang lunak
berbentuk seperti helm.
Usman menutup matanya, ngeri. Lima
detik kemudian, dirasakannya ada rasa hangat yang menyelimuti batang kontolnya
itu. Masih takut, diliriknya ke arah bawah. Ternyata kontolnya itu sudah masuk
ke dalam mulut kepala suku itu. Usman merasa aneh dan jijik seketika, tapi
lama-kelamaan menjadi biasa. Dia pun sedikit terangsang. Ini dapat dibuktikan
dengan dirasakannya kontolnya sendiri yang menjadi tegang seiring dengan
hisapan demi hisapan kuat oleh kepala suku itu. Kontolnya perlahan lahan
menegang naik dan mengacung ke arah atas. Si kepala suku terus menghisap hisap
dan menjilat jilat buah pelernya yang berbulu lebat itu. Rasanya nikmat sekali.
Ternyata si kepala suku itu ingin
minum air peju Usman. Hisapan demi hisapan oleh mulut lelaki itu dinikmatinya
dengan masih takut -takut. Akan digigitkah kontolnya hingga putus sehabis dia
puas menghisap, pikirnya.
Sebenarnya dia sudah pasrah ketika
si kepala suku ini membuka celananya. Ini sudah diketahuinya sejak dulu ,
cerita nenek moyangnya kalau ada sebuah pulau di dekat Papua Nugini yang
penduduk lelakinya sangat aneh. Anak-anak lelaki dan pemuda pemuda yang tinggal
di pulau itu semuanya tumbuh besar dengan minum air peju lelaki dewasa. Pada
umur 14 tahun, mereka harus menghisap kontol bapak kandungnya sendiri dan minum
seluruh air peju yang dikeluarkan sebagai tanda kedewasaan diri. Sesudah umur
17 tahun, mereka harus menghisap dan dihisap oleh saudara kandungnya yang lebih
dewasa, ataupun kakek sendiri, ataupun tetangga -tetangga. Menghisap itu selalu
diakhiri dengan minum air peju. Upacara adat selalu ditandai dengan hisap-hisapan
kontol.
Usman memejamkan matanya. Hisapan
demi hisapan dinikmatinya sampai.."Ahh..ennnggghh..enghhh..aaaa"
rintih Usman mencapai klimaksnya dan siap menembakkan air pejunya. Nafsu
berahinya sudah sampai ke ubun-ubun dan kepala kontolnya menyebabkan dia
menggeliat geliat seperti cacing kepanasan. Dengan menyodokkan pantatnya ke
depan, Usman menembakkan air maninya di dalam mulut kepala suku itu. Kepala
suku itu diam saja sambil memejamkan matanya menikmati aliran air peju Usman di
dalam mulutnya. Diteguknya cairan kental putih yang panas itu ke
kerongkongannya.Terdengarlah tepukan tangan disekelilingnya disertai dengan
riuh hura-hura pemuda -pemuda yang datang mendekat sambil berjingkrat-jingkrat
mengerumuni mereka. Semuanya tampak terkesima menatap si kepala suku sedang
meneguk air peju Usman . Banyak juga air peju yang ditembakkan Usman sampai ada
yang mengalir keluar dari samping mulut si kepala suku dan mengalir ke dagunya.
Si kepala suku kemudian membuka
matanya. Beranjak naik sambil menatap mata Usman.
" Huys juh ge kah ," kata
si kepala suku sambil mencium kening Usman.
Pasti dia berterima kasih, pikir
Usman. Usman yang baru selesai klewi masih sangat lemah lunglai karena sudah
menembakkan air peju yang banyak. Dia pun pasrah ketika sekelompok pemuda itu
mengikat kedua tangan dan kakinya pada sebuah tiang dan diangkut oleh dua
pemuda. Mereka berjalan beriringan ke arah desa mereka. Setelah rasanya berjam
-jam, sampailah mereka ke desa suku liar itu.
bersambung
to be continued