Minggu, 15 Desember 2013

Tawanan Suku Homoseks



Sekali lagi, Indoboy membawa kisah gay-seks berbau " bondage ala Indonesia". Kisah ini fiktif belaka. Adapun persamaan nama atau karakter, hanyalah kebetulan saja. Tanggapan ataupun keluhan atau problem-problem cinta/seksual, harap layangkan e-mail ke ----> Lakindo12@hotmail.com. Semua surat pasti dibalas. Nikmati juga kisah saya yang lain" Ngisep Kontol India", " Seks Di Penjara part 1, part 2", sedangkan Kisah kisah lain yang akan menyusul masih under construction, antara lain," Seks Di Dalam Taksi", "Pak Hansip Parjo" dan "Guru SMP Cabul"
Cintailah Kontol Indonesia. Aku Cinta Kontol Indonesia.
Salam Reformasi, Selamat Membaca.
" ", PART ONE
Usman perlahan-lahan membuka matanya. Ditatap sekelilingnya. Perahunya sudah terdampar di pantai pasir dengan air jernih. Langit masih mendung, dengan hujan rintik-rintik. Mungkin sudah berjam-jam dia tertidur di atas perahunya. Dengan lemas, dia beranjak dari perahunya. Dia berjalan menusuri pantai nan indah itu. Ditelusurinya keadaan disekitarnya. Terlihat hutan belantara nan lebat di arah utaranya. Diputar arah langkah kakinya ke arah hutan lebat itu. Mungkin ada buah-buahan yang bisa dipetik untuk mengganjal perut, pikirnya.
Usman adalah seorang nelayan dari kepulauan Maluku. Badannya tinggi kekar , berkulit sawo matang dengan dada bidang. Sudah 20 tahun dia mencari nafkah sehari-hari dengan menangkap ikan di laut.Umur Usman 34 tahun.Kumisnya yang simpatik sangat mengundang perhatian wanita. Matanya yang hitam dan rambutnya yang ikal membuat dia semakin kelihatan tampan. Terbayang kembali wajah istri dan anak-anaknya yang pasti lagi menunggu di rumah. Pasti mereka cemas sekali, pikirnya. Kemarin malam ada badai topan yang besar, hingga dia kehilangan kendali perahu penangkap ikannya sampai dia terdampar di pulau asing ini. Mungkin pulau ini di dekat Irian Jaya. Mungkin dekat Papua Nugini.Tapi dia masih terlalu capek untuk memikirkan di mana dia sebenarnya. Yang dipikirkannya adalah rasa lapar dan hausnya.
Belum sampai sesaat dia berjalan menelusuri hutan lebat itu, tampak segerombolan orang-orang berkulit hitam mengelilinginya. Mereka bermunculan dari arah pepohonan. Dihitungnya jumlah orang-orang itu. Satu..dua..tiga... empat..tujuh orang. Tujuh pria dewasa berbadan kekar penuh otot dengan sebatang tombak di tangan dan sehelai cawat sebagai penutup alat kelaminnya. Tubuh mereka hitam legam terpanggang terik sinar matahari. Rambut mereka keriting, dengan mata hitam besar menantang. Ternyata suku liar penghuni pulau ini. Berbahasa Indonesiakah mereka, pikirnya. Tetapi tangannya sudah disergap dari belakang oleh dua pemuda tegap berbadan besar. Tanpa berani berontak, dia membiarkan tangannya diikat dari belakang dengan tali goni.
" Mug jah dsi or guh fam nha?" kata seorang pria yang maju , mungkin kepala suku, karena cat di mukanya lebih banyak dan aksesori di tangannya lebih semarak.
Usman diam saja. Dia tak mengerti apa yang pria hitam itu katakan. Kedua lengannya masih dicengkeram hebat dari belakang oleh kedua pemuda setengah telanjang itu.
" Mah ghu tay re bu na sah?" katanya lagi. " Guh je rag khu nuy vag dhuy op luin nas?"
Lelaki itu beranjak maju sambil menaruh kedua telapak tangannya ke dada Usman . Dengan kasar dia membuka baju Usman. Usman diam saja tak bergeming, mungkin takut ditusuk dengan tombak. Hatinya dag dig dug tak menentu. Apa sih yang dia mau?
Tangan si kepala suku itu membelai-belai dada bidangnya, kemudian bergerak ke arah puting susunya yang sebelah kiri. Si kepala suku kemudian memijit-mijit puting susu itu dan menjilatnya
dengan lidahnya. Usman terpana, tapi diam saja. Lelaki itu kemudian menghisap dan menggigit gigit puting susunya itu. Lalu sebelah kanan juga, sehingga kedua puting susu Usman membengkak merah. Menegang.
Tangan si kepala suku itu bergerak kebawah ke arah pusarnya. Lalu berhenti di depan kontol Usman. Di bukanya celananya dan dilorotkannya hingga Usman telanjang bulat. Kontol Usman pun terlihat karena dirinya sudah telanjang. Kontol Usman panjangnya kira-kira 12 cm, dan sudah disunat. Warnanya coklat. Bentuknya seperti pisang ambon bergantung di antara kedua buah zakarnya. Malu sekali rasanya, dilihat oleh seluruh pemuda-pemuda disekelilingnya itu. Ditatapnya sekelilingnya. Ternyata pemuda-pemuda itu semuanya sedang menatap ke arah kontolnya yang ter"expose". Rasa malunya pun berlalu sudah ketika kepala suku itu memegang kontolnya itu dan berjongkok dihadapannya.
" Hha Ke aay lam nuh juh gak,......HUUUII ,.....HUUUII.....!!!!," teriak si kepala suku itu seperti kerasukan setan sambil memegangi batang kontol Usman dan memijit-mijitnya kepalanya yang lunak berbentuk seperti helm.
Usman menutup matanya, ngeri. Lima detik kemudian, dirasakannya ada rasa hangat yang menyelimuti batang kontolnya itu. Masih takut, diliriknya ke arah bawah. Ternyata kontolnya itu sudah masuk ke dalam mulut kepala suku itu. Usman merasa aneh dan jijik seketika, tapi lama-kelamaan menjadi biasa. Dia pun sedikit terangsang. Ini dapat dibuktikan dengan dirasakannya kontolnya sendiri yang menjadi tegang seiring dengan hisapan demi hisapan kuat oleh kepala suku itu. Kontolnya perlahan lahan menegang naik dan mengacung ke arah atas. Si kepala suku terus menghisap hisap dan menjilat jilat buah pelernya yang berbulu lebat itu. Rasanya nikmat sekali.
Ternyata si kepala suku itu ingin minum air peju Usman. Hisapan demi hisapan oleh mulut lelaki itu dinikmatinya dengan masih takut -takut. Akan digigitkah kontolnya hingga putus sehabis dia puas menghisap, pikirnya.
Sebenarnya dia sudah pasrah ketika si kepala suku ini membuka celananya. Ini sudah diketahuinya sejak dulu , cerita nenek moyangnya kalau ada sebuah pulau di dekat Papua Nugini yang penduduk lelakinya sangat aneh. Anak-anak lelaki dan pemuda pemuda yang tinggal di pulau itu semuanya tumbuh besar dengan minum air peju lelaki dewasa. Pada umur 14 tahun, mereka harus menghisap kontol bapak kandungnya sendiri dan minum seluruh air peju yang dikeluarkan sebagai tanda kedewasaan diri. Sesudah umur 17 tahun, mereka harus menghisap dan dihisap oleh saudara kandungnya yang lebih dewasa, ataupun kakek sendiri, ataupun tetangga -tetangga. Menghisap itu selalu diakhiri dengan minum air peju. Upacara adat selalu ditandai dengan hisap-hisapan kontol.
Usman memejamkan matanya. Hisapan demi hisapan dinikmatinya sampai.."Ahh..ennnggghh..enghhh..aaaa" rintih Usman mencapai klimaksnya dan siap menembakkan air pejunya. Nafsu berahinya sudah sampai ke ubun-ubun dan kepala kontolnya menyebabkan dia menggeliat geliat seperti cacing kepanasan. Dengan menyodokkan pantatnya ke depan, Usman menembakkan air maninya di dalam mulut kepala suku itu. Kepala suku itu diam saja sambil memejamkan matanya menikmati aliran air peju Usman di dalam mulutnya. Diteguknya cairan kental putih yang panas itu ke kerongkongannya.Terdengarlah tepukan tangan disekelilingnya disertai dengan riuh hura-hura pemuda -pemuda yang datang mendekat sambil berjingkrat-jingkrat mengerumuni mereka. Semuanya tampak terkesima menatap si kepala suku sedang meneguk air peju Usman . Banyak juga air peju yang ditembakkan Usman sampai ada yang mengalir keluar dari samping mulut si kepala suku dan mengalir ke dagunya.
Si kepala suku kemudian membuka matanya. Beranjak naik sambil menatap mata Usman.
" Huys juh ge kah ," kata si kepala suku sambil mencium kening Usman.
Pasti dia berterima kasih, pikir Usman. Usman yang baru selesai klewi masih sangat lemah lunglai karena sudah menembakkan air peju yang banyak. Dia pun pasrah ketika sekelompok pemuda itu mengikat kedua tangan dan kakinya pada sebuah tiang dan diangkut oleh dua pemuda. Mereka berjalan beriringan ke arah desa mereka. Setelah rasanya berjam -jam, sampailah mereka ke desa suku liar itu.
bersambung

to be continued