By Rudy
Pagi-pagi aku sudah terbangun.
Kulihat Arman masih tergolek di sisiku. Dia masih tertidur dengan lelap.
Napasnya teratur dan matanya terpejam. Bulu matanya yang lentik terlihat
tergerak-gerak sedikit. Apakah dia sedang memimpikan kejadian semalam, aku berpikir
dalam hati. Badannya yang tegap itu tampak seksi. Otot otot dadanya berisi,
pasti dia sering fitness. Pinggangnya kecil dan otot perutnya terbentuk karena
latihan yang teratur. Aku sangat menyukai bulu-bulu badannya yang lebat di
sekujur tubuhnya.
Bulu dadanya tipis tapi merata
sampai ke perutnya dan menyatu dengan bulu jembutnya. Jembutnya sangat banyak,
tebal menutupi alat kejantanannya yang terkulai. Walaupun begitu masih terlihat
ukurannya yang besar. Pahanya yang berotot itupun ditumbuhi bulu-bulu yang
lembut namun sangat lebat. Aku mulai terangsang melihat pemandangan yang indah
itu. Kontolku pelan-pelan mulai menegang. Dengan tangan kanan aku mulai
mengocok alat kejantananku. Aku menggeliat geliat sendiri merasakan kenikmatan
yang mulai naik ke ubun-ubun kepalaku. Aku tak tahan lagi. Perlahan-lahan
kudekatkan kepalaku ke kontol Arman yang masih terkulai itu. Kujulurkan lidahku
dan aku mulai menjilat kepala kontol yang kemerah-merahan itu. Bau laki-laki
dan bau mani yang mengering menerpa hidungku, menambah rangsangan sehingga
kontolku makin mengeras. Sambil terus kukocok kontolku, aku mulai menjilati
batang pelirnya yang makin lama makin mengeras.
Kujilat juga biji pelirnya yang
menempel kencang satu persatu. Pelan-pelan kukulum biji pelirnya yang kanan dan
kugerak-gerakkan lidahku dalam mulut untuk mengusap biji pelirnya. Arman
bergerak sedikit, namun dia nampaknya masih terlelap. Kemudian aku mulai
menjilat pangkal pahanya. Arman bergerak lagi, mungkin ia kegelian. Dengan
perlahan aku angkat kedua belah pahanya sehingga lubang duburnya terlihat. Aku
jilat lubang anus Arman dan kugerak gerakkan lidahku di muara lubang kenikmatan
itu. Kemudian aku masukkan lidahku ke dalam lubang pantatnya dan lidahku menari
nari dalam anus Arman. Dia menggeliat-geliat kegelian tapi matanya masih
terpejam. Entah dia masih tertidur atau pura-pura tidur, tapi aku tak peduli.
Kulumuri telunjukku dengan ludah dan
kumasukkan jari telunjukku ke lubang pantatnya. Mula-mula kurasakan dia
menahannya, tapi pelan-pelan kupaksakan jariku memasuki lubang pantatnya.
Pertahannannya mulai melemah dan jariku akhirnya bisa masuk juga ke lubang yang
sempit itu. Rupanya ia belum banyak disodomi, sehingga lubang pantatnya masih
sempit. Kugoyang goyangkan telunjukku masuk keluar anusnya dan kurasakan ia
mulai menikmati gerakan jariku dan lubang yang dulunya sangat sempit itu kini
mengendur, sehingga jariku lebih leluasa memasuki poros ususnya. Lalu kucabut
telunjukku dan kulumuri lagi jariku dengan ludah dan kumasukkan lagi kali ini
dua jari sekaligus, telunjuk dan jari tengan. Arman mengerang ketika dua jariku
berusaha memasuki lubang pantatnya yang sempit itu.
Aku berhenti sejenak, kubiarkan
jepitan otot anusnya mengendur sebelum kumasukkan kedua jariku lebih dalam.
Kugerak-gerakkan jari jariku masuk keluar dengan irama yang teratur. Ketika
jari jariku terbenam dalam dalam kugunakan ibu jariku untuk memijat mijat
pangkal pelirnya, buah pelirnya dan kuusap usap kantung pelirnya dengan ibu
jariku. Tangan kiriku memijat-mijat kontol Arman yang mulai menegang. Kupijat
pangkal pelirnya perlahan-lahan dan kugerakkan bagian bawah batang pelirnya
ke atas dan ke bawah. Kepala pelirnya nampak membesar berwarna merah mengkilat,
ketika kulit kontolnya aku tarik ke bawah. Akhirnya kutarik keluar kedua jariku
dari lubang pantatnya, dan kumasukkan ujung kontolku yang telah kulumuri ludah.
Perlahan lahan tapi pasti kutusukkan
kontolku yang keras ke dalam lubang kenikmatan Arman. Dia menggelinjang dan
mencoba menghindar, tapi kupegang kedua pahanya dan pelan-pelan kumasukkan
batang pelirku ke duburnya. Otot duburnya mengejang sehingga terasa sulit
kontolku memasuki anusnya. Kubiarkan beberapa saat, karena pasti akhirnya otot
itu akan mengendur. Tak lama otot itu mulai relaks sehingga tanpa kesulitan
kontolku masuk ke muara ususnya. Kucabut perlahan lahan dan kutekan lagi. Arman
membuka matanya yang indah dan kulihat mulutnya meringis menahan sakit dan ia
mendesis desis seperti kepedasan. Gerakanku makin cepat dan gesekan lubang
duburnya pada batang pelirku terasa sangat nikmat.
"Aaahhhh......,
aaacchhhhh...... sssssshhhhhh.......aaaaachhhhh......" aku mengerang dan
mendesis kenikmatan.
"Mmmmmhhhhh........ssssshhhhhhhhhh.....aaaachhhhhhhh...mmmmhhhhhh....."
Arman mendesis dan melenguh bagaikan kerbau disembelih.
Akhirnya tak tertahankan lagi
kusemprotkan air maniku yang kental ke dalam lubang anus Arman.
Jrot....jrot.....jrot....jrot.....berkali kali, dan tiap semprotan kurasakan
kenikmatan yang luar biasa sampai ke ubun-ubunku...(brondong@hotmail.com)