Rabu, 11 Desember 2013

Pertemuan Pertama (Lanjutan)


By Rudy

Pagi-pagi aku sudah terbangun. Kulihat Arman masih tergolek di sisiku. Dia masih tertidur dengan lelap. Napasnya teratur dan matanya terpejam. Bulu matanya yang lentik terlihat tergerak-gerak sedikit. Apakah dia sedang memimpikan kejadian semalam, aku berpikir dalam hati. Badannya yang tegap itu tampak seksi. Otot otot dadanya berisi, pasti dia sering fitness. Pinggangnya kecil dan otot perutnya terbentuk karena latihan yang teratur. Aku sangat menyukai bulu-bulu badannya yang lebat di sekujur tubuhnya.
Bulu dadanya tipis tapi merata sampai ke perutnya dan menyatu dengan bulu jembutnya. Jembutnya sangat banyak, tebal menutupi alat kejantanannya yang terkulai. Walaupun begitu masih terlihat ukurannya yang besar. Pahanya yang berotot itupun ditumbuhi bulu-bulu yang lembut namun sangat lebat. Aku mulai terangsang melihat pemandangan yang indah itu. Kontolku pelan-pelan mulai menegang. Dengan tangan kanan aku mulai mengocok alat kejantananku. Aku menggeliat geliat sendiri merasakan kenikmatan yang mulai naik ke ubun-ubun kepalaku. Aku tak tahan lagi. Perlahan-lahan kudekatkan kepalaku ke kontol Arman yang masih terkulai itu. Kujulurkan lidahku dan aku mulai menjilat kepala kontol yang kemerah-merahan itu. Bau laki-laki dan bau mani yang mengering menerpa hidungku, menambah rangsangan sehingga kontolku makin mengeras. Sambil terus kukocok kontolku, aku mulai menjilati batang pelirnya yang makin lama makin mengeras.
Kujilat juga biji pelirnya yang menempel kencang satu persatu. Pelan-pelan kukulum biji pelirnya yang kanan dan kugerak-gerakkan lidahku dalam mulut untuk mengusap biji pelirnya. Arman bergerak sedikit, namun dia nampaknya masih terlelap. Kemudian aku mulai menjilat pangkal pahanya. Arman bergerak lagi, mungkin ia kegelian. Dengan perlahan aku angkat kedua belah pahanya sehingga lubang duburnya terlihat. Aku jilat lubang anus Arman dan kugerak gerakkan lidahku di muara lubang kenikmatan itu. Kemudian aku masukkan lidahku ke dalam lubang pantatnya dan lidahku menari nari dalam anus Arman. Dia menggeliat-geliat kegelian tapi matanya masih terpejam. Entah dia masih tertidur atau pura-pura tidur, tapi aku tak peduli.
Kulumuri telunjukku dengan ludah dan kumasukkan jari telunjukku ke lubang pantatnya. Mula-mula kurasakan dia menahannya, tapi pelan-pelan kupaksakan jariku memasuki lubang pantatnya. Pertahannannya mulai melemah dan jariku akhirnya bisa masuk juga ke lubang yang sempit itu. Rupanya ia belum banyak disodomi, sehingga lubang pantatnya masih sempit. Kugoyang goyangkan telunjukku masuk keluar anusnya dan kurasakan ia mulai menikmati gerakan jariku dan lubang yang dulunya sangat sempit itu kini mengendur, sehingga jariku lebih leluasa memasuki poros ususnya. Lalu kucabut telunjukku dan kulumuri lagi jariku dengan ludah dan kumasukkan lagi kali ini dua jari sekaligus, telunjuk dan jari tengan. Arman mengerang ketika dua jariku berusaha memasuki lubang pantatnya yang sempit itu.
Aku berhenti sejenak, kubiarkan jepitan otot anusnya mengendur sebelum kumasukkan kedua jariku lebih dalam. Kugerak-gerakkan jari jariku masuk keluar dengan irama yang teratur. Ketika jari jariku terbenam dalam dalam kugunakan ibu jariku untuk memijat mijat pangkal pelirnya, buah pelirnya dan kuusap usap kantung pelirnya dengan ibu jariku. Tangan kiriku memijat-mijat kontol Arman yang mulai menegang. Kupijat pangkal pelirnya perlahan-lahan dan kugerakkan bagian bawah batang pelirnya ke atas dan ke bawah. Kepala pelirnya nampak membesar berwarna merah mengkilat, ketika kulit kontolnya aku tarik ke bawah. Akhirnya kutarik keluar kedua jariku dari lubang pantatnya, dan kumasukkan ujung kontolku yang telah kulumuri ludah.
Perlahan lahan tapi pasti kutusukkan kontolku yang keras ke dalam lubang kenikmatan Arman. Dia menggelinjang dan mencoba menghindar, tapi kupegang kedua pahanya dan pelan-pelan kumasukkan batang pelirku ke duburnya. Otot duburnya mengejang sehingga terasa sulit kontolku memasuki anusnya. Kubiarkan beberapa saat, karena pasti akhirnya otot itu akan mengendur. Tak lama otot itu mulai relaks sehingga tanpa kesulitan kontolku masuk ke muara ususnya. Kucabut perlahan lahan dan kutekan lagi. Arman membuka matanya yang indah dan kulihat mulutnya meringis menahan sakit dan ia mendesis desis seperti kepedasan. Gerakanku makin cepat dan gesekan lubang duburnya pada batang pelirku terasa sangat nikmat.
"Aaahhhh......, aaacchhhhh...... sssssshhhhhh.......aaaaachhhhh......" aku mengerang dan mendesis kenikmatan.
"Mmmmmhhhhh........ssssshhhhhhhhhh.....aaaachhhhhhhh...mmmmhhhhhh....." Arman mendesis dan melenguh bagaikan kerbau disembelih.

Akhirnya tak tertahankan lagi kusemprotkan air maniku yang kental ke dalam lubang anus Arman. Jrot....jrot.....jrot....jrot.....berkali kali, dan tiap semprotan kurasakan kenikmatan yang luar biasa sampai ke ubun-ubunku...(brondong@hotmail.com)