Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1
Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah
perguruan tinggi negeri di Bandung. Karena saya bukan asli orang Bandung, saya
tinggal di sebuah rumah kost khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10
orang. Kebetulan mahasiswa semua.
Salah satu hal yang saya sukai dari
tempat kost saya adalah kamar mandinya. Bukan karena bersih atau higienisnya.
Bukan juga karena desain, warna cat atau karena sebab yang lainnya. Yang aku
sukai dari kamar mandi itu adalah jumlahnya. Ya, jumlahnya yang hanya 3 buah
itu membuat kami harus berbagi kamar mandi. Anda bisa bayangkan apa yang pasti
terjadi kalau orang 10 harus berbagi 3 kamar mandi. Yang paling heboh kalau
pagi-pagi semua ingin pakai kamar mandi. Kadang-kadang kami 'terpaksa' mandi
bareng untuk menghemat waktu. Sebetulnya saya senang aja kalau harus mandi
bareng. Justru itu yang saya tunggu. Kapan lagi bisa ngeliat onderdil orang
kalau nggak 'terpaksa' begitu. Belum lagi kalau kita lagi mandi, tiba-tiba ada
orang yang nggak tahan ingin kencing langsung bergabung dan dengan santainya
mempertontonkan wilayah rahasianya.
Di antara 9 orang teman kost saya,
ada 1 orang yang jadi "man of my dream". Namanya Ary, kamarnya pas
sebelahan dengan kamar saya. Orangnya keren, rambut berombak agak panjang,
kulitnya putih mirip Indo, tingginya 180-an, bodinya terpelihara karena dia
rajin olah raga dan hobinya pakai jeans ketat yang menonjolkan dengan jelas
kelakiannya. Kayaknya sih barangnya besar banget!
Kami sesama penghuni rumah kost
sering ngobrol. Sekali di kamar satu, lain kali di kamar yang lain. Juga saling
pinjam kaset dll. Saya paling senang ngobrol dengan Ary, apalagi di kamarnya
sendiri. Soalnya dia selalu hanya pakai celana gombrang setengah paha tanpa
apa-apa lagi kalau sedang di kamarnya. Saya bisa puas memandangi bodinya yang
berisi, dadanya yang full otot. Yang lebih nggak nguatin adalah bulu-bulu hitam
halus di dadanya. Kalau sedang kebetulan celananya agak melorot saya bisa lihat
sebagian bulu baoknya (begitu orang Bandung nyebut bulu genital/jembut) yang
berbaris rapi menuju udelnya. Kadang-kadang dia juga nggak pakai celdal di
bawah celananya itu sehingga kalau dia jalan saya bisa dengan jelas melihat
sesuatu yang 'gundal-gandul' di dalamnya. Nah kalau pas gitu, kalau sedang beruntung,
waktu dia sila atau mengangkat sebelah kakinya saya bisa liat bijinya yang
tertutupi bulu hitam. Mana tahan......... Sayangnya cuma segitu aja yang bisa
saya liat selama ini. Saya berharap dan berusaha untuk bisa melihat lebih jauh
lagi.
Sejauh ini dia nggak pernah
menunjukkan gejala dia itu gay, walaupun kalau ngobrol dia nggak pernah
nyinggung-nyinggung masalah cewek, apalagi cerita mengenai ceweknya. Aku mau
tanya, takut patah hati kalau tau dia suka cewek atau punya pacar. Jadi saya
anggap aja dia itu 'mengandung harapan'
Yang jelas, dia nggak pernah
keliatan keberatan kalau saya pandangi badannya sambil ngobrol. Malahan sering
kali dia seperti sengaja (aku ge-er kali ya !) mengangkat kakinya supaya saya
bisa lebih jelas melihat anatomi tubuhnya, atau berkali-kali membetulkan letak
penisnya di depan mata saya. Kalau nggak kuat nahan, kadang-kadang saya 'dengan
tidak sengaja' menyentuh badannya atau kakinya atau mana aja, yang penting bisa
megang dia. Mau mencoba lebih jauh, takut. Beberapa kali pernah saya mencoba
lebih jauh kepada lelaki lain yang saya sukai, yang saya dapat cuma pandangan
jijik dan selanjutnya penghindaran. Belajar dari pengalaman, saya nggak mau
lagi begitu. Jangan sampai saya nggak bisa lagi ngobrol di kamarnya dan
memandangi bodinya.
Terhadap si Ary ini paling maksimal
juga saya hanya berani mijetin tengkuknya kalau dia mengeluh nyeri kuduk.
Memang satu kelebihan saya adalah pintar memijat (it will be my entrance door
in my next story about Ary and me). Sebenernya memijat buat saya seperti
simbiosis mutualisme (kata pelajaran Biologi). Yang dipijat dapat enak, aku
dapat kesempatan megang-megang badan laki-laki. Kadang-kadang saya dapat
kesempatan mijitin orang sampai nyerempet-nyerempet daerah bahayanya, walaupun
saya harus berusaha mati-matian untuk tidak menyentuh wilayah terlarang itu.
Lagi-lagi dengan alasan takut dihindari orang.
Kembali ke masalah Ary. Satu-satunya
jalan untuk bisa melihat dia lebih jauh (maksudnya melihat dia 'totally naked')
adalah mencari kesempatan mandi bersama. Beberapa hari saya pelajari pola
hidupnya, kapan dia bangun, kapan dia mandi, kapan dia pergi, kapan dia pulang
dll. Sayangnya sampai saat ini saya nggak pernah berhasil satu kamar mandi
dengan dia. Dia selalu mandi sebelum saya bangun atau pergi kuliah nggak pake
mandi.
Saya putar otak, mikirin gimana
caranya bisa melihat dia telanjang. Suatu sore, sambil mikir-mikir cara melihat
dia telanjang, saya terlentang di kasur memandang langit-langit. Eh, nggak
taunya ada jalan ! Ternyata di langit-langit kamar saya ada jalan untuk masuk
ke para-para (ruang antara genteng dan langit-langit). Selama ini nggak gitu
keliatan karena memang sedikit tersamar.
"Nah, ini dia jalannya!!",
kataku. Saya coba dorong-dorong, penutup itu terbuka. Kepala saya melongok ke
dalam para-para, lalu saya pun menyusun rencana ........
Besok paginya sengaja aku nggak
masuk kuliah. "Pusing", begitu alasanku. Setelah semua orang pergi,
mulailah aku melaksanakan rencana itu. Dengan membawa paku, sekrup dan obeng
saya naik ke para-para, menuju atas kamar Ary. Saya mencari tempat yang cocok,
pas di atas kasurnya, lalu saya mulai melubangi langit-langit kamarnya. Tidak
terlalu besar sehingga dia tidak akan curiga, tapi cukup besar untuk mengawasi
apa yang terjadi di bawah sana. Pulang dia nanti saya akan buru-buru masuk
kamarnya, pura-pura pinjam kaset, sambil membersihkan debu dan kotoran yang
mungkin jatuh di atas kasurnya.
Ternyata semua sesuai dengan
rencana!
Maka mulailah pengembaraan malam
saya di atas para-para. Dua-tiga-empat malam berlalu tampa kejadian berarti.
Saya hanya bisa liat dia tidur dengan pakaian hariannya - ya itu kolor doang !!
Lalu pada malam ke lima, waktu saya
mulai bosen, tibalah saat yang ditunggu-tunggu itu. Malam itu, ketika saya
dengar dia menuju kamar mandi untuk sikat gigi dan persiapan tidur, saya segera
naik. Nggak lama dia kembali. Saya dengar dia mengunci kamarnya. Dia naik ke
atas kasurnya. Dan - duh aduh - malam ini dia pakai sesuatu yang di luar
kebiasaan. Dia hanya memakai celana dalam brief warna putih. Jendolan di depan
cdnya jelas terlihat dan besar sekali. Rambut-rambut genitalnya tampak lebih
banyak. Wah, pokoknya bikin hatiku nggak karuan deh.
Dia bawa buku bergambar di
tangannya. Mula-mula dia baca sambil telungkup. Agak kecewa juga saya, karena
hanya bisa terbatas melihat bodinya. Kayaknya sih buku porno, karena gambarnya
seperti gambar orang-orang telanjang (nggak terlalu jelas karena agak kecil).
Nggak lama dia terlentang. Kepalanya diganjel bantal 2. Tangan kanannya tetap
memegangi buku, sementara tangan kirinya mulai menyusup ke dalam celdalnya.
Digosok-gosokkannya tangan itu di dalam. Tampak dia menikmati sekali kegiatan
itu. Lalu dia tampak mengeluarkan tangannya dari dalam cd nya. Pemandangan
menjadi tampak lebih indah karena ternyata dia melintangkan penisnya ke arah
kiri di dalam cdnya. Keliatannya sih udah tegang banget dan besar banget.
Ujungnya tampak sampai ke pinggir pinggulnya. Dia gosok-gosok barangnya dari
luar cdnya sambil terus melihat-lihat buku itu. Tiba-tiba dia lemparkan bukunya
ke sudut kamar.
Kedua tangannya sekarang bergerak ke
daerah kemaluannya. Digelitikinya penisnya dengan kedua tangannya itu, lalu
tangan kirinya menyusup masuk ke daerah sasaran dan menarik penisnya hingga
mengacung ke arah pusar. Saya bisa liat sebentuk cendawan yang besar berwarna
agak kemerahan mencuat di atas elastik cdnya. Waduh, besar bener kontolnya
sampai2 celdalnya nggak muat ! Ujung kepalanya sampai hampir setinggi udelnya.
Masih dengan tangan kiri, dia mengusap-usap kepala itu, terutama di seputar
pinggiran kepala. Lalu dia elus-elus daerah bawah kepala pas pertemuan kepala
dengan batangnya yang berbentuk V terbalik. Saya nggak kuat membayangkannya,
karena di situlah daerah sasaran terenak kalau saya sedang melayani diri saya
sendiri. Nggak lama dia turunkan elastik cdnya dan dikaitkan di bawah bijinya.
Wow, tampak jelas sekali penisnya tegang dan besar. Mungkin lebih dari 19 cm.
Dan bulu-bulunya lebat sekaliiii, sampai ke biji-bijinya! Diusap-usapnya batang
dan bijinya. Matanya keliatan merem melek keenakan. Kemudian dia menarik botol
Vaseline Intensive Care dari bawah bantalnya.
Dituangkannya ke atas penisnya, lalu
kedua tangannya mulai mengelus-elus burungnya dari ujung kepala menuju ke
pangkalnya. Bergantian tangan kiri dan kanannya mengelus-elus kontolnya.
Mula-mula daerah kepalanya doang, lama-lama diurut sampai ke bijinya.
Kadang-kadang dia mengkonsentrasikan usahanya di daerah seputar kepalanya.
Nafasnya keliatan mulai memburu. Nggak lama kemudian dia turunkan celdalnya sampai
lutut kemudian kedua kakinya membantu melepas cdnya sama sekali sehingga dia
bugil sebugil-bugilnya. Dia mulai lagi gosok-gosok kontolnya. Makin lama makin
cepat dan keliatan makin kuat. Nafasnya terlihat makin cepat dan matanya
menutup keenakan. Tiba-tiba dia menghentikan kegiatannya.
Dijauhkannya tangannya dari daerah
genitalnya. Dia tampak mengatur nafas. Sekitar 2-3 menit kemudian dia mulai
lagi. Begitu berulang-ulang. Rupanya dia sedang mempraktekkan teknik memperlama
orgasme. Kali ke 5 dia tidak mengurangi intensitas pengocokannya saat dia
mendekati puncak. Dia malah meremas pangkal kontolnya kuat-kuat dengan
menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya terus maju mundur di
batangnya. Makin lama makin cepat dan makin kuat. Kepalanya tampak membengkak
karena remasan pada pangkal penis itu. Lalu dia gosok-gosok kepala kontolnya
beberapa saat. Saya tau dia hampir sampai pada batasnya. Bener juga, nggak lama
kemudian sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, kedua tangannya dilepaskan
dari kontolnya, lalu muatan berwarna putih itu menyembur dengan kuatnya sampai
mengenai muka dan sebagian rambutnya. Setelah 5 - 6 kali semburan, Ary tampak
lemas. Badannya tergeletak tak bergerak beberapa saat. Tubuhnya penuh keringat.
Nggak sadar aku ternyata udah keluar juga!
Pelan aku turun dari para (karena
takut ketahuan, juga karena lemas setelah tegang menyaksikan atraksi seru), dan
berangkat ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Malam itu aku tidur nyenyak
sekali.
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi,
waktu saya lagi asyik mandi sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan
malam itu, kontol saya ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung
menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri
sendiri, tiba-tiba Ary masuk. Saya nggak sempat lagi berbalik. Dia sempat
melihat aku dengan kontol ngaceng dan daerah genital penuh dengan sabun !
Kontolku langsung lemes, tapi dia bilang "Terusin aja Lex, aku biasa kok
ngeliat orang onani" Wah, apa artinya tuh ...........
(to be continued)
Komentar dan saran saya tunggu di
alamat alexaja@hotmail.com