Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung
bersambut)
(Sedikit dari cerita yang lalu :
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi sambil
membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya ngaceng tanpa
dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya.
Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri, tiba-tiba Ary masuk. Saya nggak
sempat lagi berbalik. Dia sempat melihat aku dengan kontol ngaceng dan daerah
genital penuh dengan sabun ! Kontolku langsung lemes, tapi dia bilang
"Terusin aja Lex, aku biasa kok ngeliat orang onani" Wah, apa artinya
tuh ...........)
Aku nggak tau apa yang musti
dikerjakan. Apa itu suatu sign positif atau hanya akal-akalan dia untuk ngetes
saya aja. Apa dia menduga bahwa saya ini seorang G, lalu dia mau mastikan hal
itu untuk kemudian menmpermalukan saya di depan orang lain seperti yang sering
saya orang lakukan terhadap kaum kita ? Atau memang dia sering ngeliat orang
masturbasi ? Tapi di mana dan dalam keadaan bagaimana ?
Ary masih mengenakan celana
favoritnya yang komprang dan setinggi setengah paha itu. Cuma bedanya dia pakai
T-shirt pagi itu. Dengan tenangnya dia menuju pispot di pojok kamar mandi,
menurunkan celana komprangnya sedikit, dan menarik keluar senjata rahasia dari
dalam Cdnya (seperti biasa, elastiknya disangkutin di bawah bijinya yang
berbulu itu). Barang itu, ya barang itu yang saya saksikan dari ketinggian
beberapa malam yang lalu, saat ini ada di depan mata saya dan ada dalam
jangkauan tangan saya. Ah, andai saja saya bisa memegangnya saat ini...........
Dari samping, barang itu keliatan
besar juga, walaupun dalam keadaan lemes. Kontol saya langsung agak ngaceng
lagi ngeliat pemandangan seperti itu. Selesai pipis, dia kembalikan penisnya ke
dalam sarangnya. Dinaikkannya celananya lalu sambil menghadap saya, seperti
biasa juga, dia betulin posisi kontol di dalam celananya lalu dia siap-siap ke
luar kamar mandi. Waktu ngeliat barang saya yang agak ngaceng itu dia hanya
komentar , " Wah, kontolmu gede juga ya !!!"
Malu, aku berbalik. Saya kira dia
langsung ke luar, nggak taunya dia malah mendekati saya. Dia memeluk saya dari
belakang, tangannya memeluk perut saya. Persentuhan bulu di perut saya dengan
tangannya membuat saya merinding dari kepala sampai ujung kaki saya. Badannya
nempel rapet ke bagian belakang badan saya. Saya merasa panas dingin dan
gemetar. No way out, no way to turn back. Saya biarkan saja dia begitu. Pantat
saya merasakan ada barang yang mengeras di dalam celananya. Terasa lebih panas
dari pada bagian tubuhnya yang lain yang nempel di punggung saya.
Lalu pelan-pelan tangan kirinya
merayap menuju ke atas. Digosok-gosoknya dada saya yang kebetulan juga berbulu,
lebih lebat dari yang dia punya. Agak geser ke samping, dia temukan puting susu
saya. Dia meremas-remas dan memijit-mijit puting itu, bergantian kanan dan
kiri. Sementara tangan kanannya bergerak ke bawah dan tiba di pangkal penis
saya. Tangan itu terus menuju ke bawah dan sampai di kantung pelir saya. Jari-jarinya
bermain-main di seputar kantung itu. Menarik-narik, mengukur-ukur besar kedua
biji saya.
Kontol saya sudah ngaceng
sengaceng-ngacengnya. Panjangnya sudah mencapai maksimumnya (16 cm, kalau mau
tau !) Rasa malu dan takut itu hilang entah ke mana. Pokoknya yang penting hepi
..... Que sera sera ..........
Lalu tangan kanannya itu mulai
bergerak ke atas. Disusurinya permukaan bawah kontolku sampai ke perbatasan
batang dengan kepala burung (wah, seperti pelajaran mengenai pulau Irian saja
!). Jari-jarinya menari-nari di situ. Gila, rupanya dia tau persis tempat
paling enak untuk dimanipulasi.
Tangan kirinya nggak sabar langsung
ikut bergabung. Dengan gerakan cepat diambilnya air dalam gayung, tangan
kirinya meraih sabun yang lalu dicelupkannya ke dalam gayung itu. Masih dengan
sabun di tangan, tangan kirinya langsung menuju sasaran. Digosok-gosokkannya
sabun itu ke kontolku, lalu ke bulu-bulu baokku. Setelah menyimpan sabun,
diambilnya sedikit air lalu diusapkan ke regio genitaliaku yang sudah penuh
dengan sabun. Dikisik-kisiknya baokku seperti sedang mengeramasi daerah itu.
Dibikin begitu, daerah itu jadi penuh dengan busa sabun, memudahkan
jari-jarinya waktu dia mulai mengocok batangku. Tangan kanan dan kirinya
bergantian menyusuri batangku dari mulai ujung kepala sampai pangkalnya,
kemudian naik lagi ke kepala dst.
Makin lama gosokan dan kocokannya
makin cepat, nafasku memburu, kudengar juga nafasnya memburu di belakangku.
Saya mulai mengerang dan melenguh-lenguh keenakan. Saya merasa pinggulnya menggesek-gesek
pantatku, dari kiri ke kanan, kemudian ke kiri lagi, terus ke kanan lagi.
Begitu seterusnya.
Lalu pada satu titik, saya tidak
bisa kembali lagi. Kedua tangan saya menjulur ke belakang, mencengkeram erat
pantatnya dan dalam hitungan detik meriam saya memuntahkan larvanya yang
berwarna putih susu ke lantai bursa ..... eh, lantai kamar mandi. Tanpa bicara
si Ary cuci tangan, lalu menyiram kakinya dan keluar dari kamar mandi. Apa dia
juga menikmati sequel ini, saya nggak tau. Apa dia juga keluar saat ini, saya
juga nggak tau. Beberapa hari saya menghindar pertemuan dengan dia. Malu,
sungkan dan lain-lain perasaan bersatu.
Hanya satu hal yang pasti, saya
musti balas kebaikannya ini. Tapi gimana caranya ???
Still from alexaja@hotmail.com
(Dedicated to Victor. Well, Vic, this is the only thing I can do !)