By Gila Cowok
Saya paling senang berenang di
Ancol, karena di sana banyak orang asing yang suka berenang. Suatu hari Minggu
waktu lagi asyik-asyiknya "cuci mata" saya lihat ada ABG Bule sekitar
umur 18-an (sama dengan saya) bercelana renang segitiga super ketat warna biru
muda polos. Badannya yang atletis dan jendolan di depan cawat Speedo-nya
membuat saya deg-degan. Saya perhatikan dia asyik berenang sendirian, agaknya
dia hanya ditemani seorang perempuan agak tua yang lebih suka berjemur sambil
membaca buku. Dengan modal bahasa Inggris yang lumayan (hasil 6 tahun kursus)
saya berusaha mendekati cowok ganteng berrambut coklat dan bermata abu-abu itu.
"Hi...where are you from?"
tanya saya ketika berhasil menjejerinya di kolam ombak.
"Dari Inggris...!"
jawabnya dalam bahasa negeri Ratu Elizabeth. Ternyata dia begitu ramah. Sayapun
langsung akrab dengan Dave. Begitu cepatnya kami akrab, saya sampai
memberanikan diri untuk menyentuh kancut renang Dave sambil meledeknya,
"You got big pee-pee!" (Burungmu besar). Dia tertawa saja. Malah lantas
menanyakan apakah saya seorang homosexual. Saya agak kaget ditanya begitu.
Untuk menutupinya saya balik tanya, "Are you?" (kamu?}. Saya sangat
kecewa ketika dia menggelengkan kepalanya. Tapi tau-tau dia berbisik,
"Tapi kamu boleh mengisap burung saya kalau kamu mau. Saya tidak mau
mengisap punyamu, tapi!"
Langsung saya ajak Dave ke ruang
pancuran pribadi yang sewa. Begitu masuk saya langsung berlutut di depannya dan
menarik tali zwempak minim yang menggairahkan itu. Kemaluan Dave sudah setengah
tegang.
"Isap!," perintahnya
sambil memejamkan matanya. Tanpa disuruh dua kali langsung saya jilati alat
kelamin remaja Inggris yang panjang dan besar itu. Kemudian sayapun langsung
sibuk mengisapinya. Jari-jari saya mencekali buah-buah pelir Dave yang besar-besar.
Hidung saya sampai menyentuh bulu-bulu jembutnya. Setelah sekitar 10 menit saya
memuluti kelelakian Dave terasa benda jantan itu mulai berdenyut-denyut.
"Telan
maninya..unnggghhhhh.....!" desahnya sebelum mulai meyemprotkan spermanya
ke kerongkongan saya. Dengan patuh saya reguk saripati Dave tanpa sisa.
"Kamu pintar mengisap kontol.
Lebih hebat dari paman saya, malah," katanya sebelum kami ke luar kembali
ke kolam renang. Barulah saya jelas bahwa Dave sudah beberapa kali dihisap
pelernya oleh pamannya sendiri ketika ia mulai meremaja. Tapi dia tetap tidak
merasa ingin menjadi homo. Membiarkan saya mengulum auratnya saja saya sudah
bahagia sekali. Saya selalu terkenang Dave setiap kali saya berenang di Ancol
dan sibuk mencari-cari pria tampan yang mau saya ajak main ke pancuran pribadi
sewaan saya. Sampai ketemu di kolam renang Ancol!