By Rudy
JUMAT
Siang tadi aku telefon Arman. Kami
sepakat untuk bertemu di lobby Hilton Hotel besok, jam 15.00. Aku sudah tidak
sabar menunggu saat-saat pertemuan kami yang pertama. Gambaran dirinya adalah
idamanku, tinggi, badan atletis, berkumis tebal, rambut pendek dan macho.
Semoga dia belum punya pacar.
SABTU
Sejak pagi aku gelisah sekali.
Akhirnya saat-saat yang kunantikan tiba. Tepat pukul 14.30 aku meluncur ke
Hilton. Untuk pertemuan yang pertama ini aku tidak ingin terlambat. Ketika
memasuki lobby hotel, mataku menyapu seluruh ruangan. Aku melirik ke jam
tanganku, ah ... masih jam 14.50, pasti dia belum sampai. Tiba-tiba
dibelakangku ada suara yang sangat kukenal.
"Rudy..ya....?"
Aku membalikkan badan, dan didepanku
berdiri seorang cowok berkaos putih ketat dan bercelana jeans biru tua, sedang
tersenyum kepadaku. Aku tergagap dan menyapanya.
"Arman... ya....... ?"
Dia tersenyum dan mengulurkan
tangannya :
"Apa kabar......" katanya.
"Baik Man, kamu baik juga
khan?"
jawabku sambil tersenyum pula.
Ternyata dia lebih cakep dari bayanganku. Badannya yang atletis itu terbungkus
dengan kaos putih yang ketat, menambah kejantanannya. Ia lebih tinggi dari
bayanganku. Matanya kelihatan nakal sekali, dinaungi alisnya yang tebal
membuatnya kelihatan simpatik.
"Yuk kita minum di coffee
shop" kataku untuk menghilangkan kekakuan yang mulai timbul. Kami berjalan
bersama menuju coffee shop tanpa kata, hanya kadang-kadang kami saling
memandang dan tersenyum. Kami sengaja memilih meja yang agak dibelakang,
sehingga kami leluasa untuk berbincang-bincang dan melihat orang yang lalu
lalang didalam coffee shop itu. Banyak yang kami bicarakan, tentang
percakapan-percakapan kami di telefon, tentang pekerjaan masing-masing dan
tentang teman-teman yang kami kenal lewat cyber. Tidak terasa sudah 2 jam kami
bercakap-cakap, tertawa-tawa, sehingga rasanya kami sudah kenal bertahun-tahun.
"Man, aku dapat voucher gratis
untuk nginap di Hilton" kataku.
"Sayang kalau tidak
dimanfaatkan. Kamu mau nggak nginap di sini malam ini ?" tanyaku.
"Boleh....." katanya.
"Kebetulan aku nggak ada acara malam ini."
Aku tersenyum gembira. Semoga dengan
acara ini perkenalan kita jadi tambah berkesan. Setelah membereskan bill, kami
segera menuju receptionist untuk check in. Kami mendapat kamar nomor 1206. Karena
kami tidak membawa barang, tanpa diantar bell boy kami naik lift menuju lantai
12. Kamar 1206 ternyata tidak jauh dari lift. Ketika aku membuka pintu kamar,
tangan Arman memegang tanganku. Tangannya yang berbulu itu meremas tanganku,
dan tangannya yang satu lagi memeluk bahuku, bersama-sama kami memasuki kamar.
Aku merebahkan badan ditempat tidur yang empuk dan besar itu, sambil memandangi
Arman yang sedang menghidupkan TV.
"Aku pingin mandi
nih....." katanya sambil membalikkan badan.
Aku hanya tersenyum ketika ia
membuka kaosnya yang ketat itu. Dadanya yang bidang itu, penuh ditumbuhi bulu
halus. Kulitnya yang sawo matang dan halus itu, sangat indah bagiku untuk
dipandang terus menerus.
"Ngapain sih.... ngeliatin
terus....." katanya sambil tersenyum
"Abis suka sih...... liat kamu
ganteng begitu " kataku sambil tersenyum pula.
Pelan-pelan ia membuka gespernya.
Kemudian kancing jean-nya dilepasnya satu persatu. Kemudian ia melepas
celananya, sehingga tinggal memakai celana dalam ketat berwarna putih. Bulu
dadanya yang halus itu menyatu dengan bulu-bulu lain diperutnya dan dibalik
celana dalam itu. Alat kelaminnya kelihatan menonjol dibalik celana dalam putih
itu, tampak setengah tegang. Aku tidak tahan lagi memandangnya. Segera aku
berlutut didepannya, kucium perlahan-lahan daging dibalik celana dalam itu.
Kedua tanganku memeluk pantatnya yang keras dan berisi. Pelan-pelan kutarik
celana dalamnya kebawah, sehingga batang pelir yang setengah tegang itu keluar
dari sarangnya, terayun-ayun didepan hidungku. Bulu jembutnya lebat sekali,
menutupi pangkal pelirnya.
Kedua biji pelirnya juga besar,
menempel kuat-kuat di bawah batang pelirnya, tidak tergantung-gantung seperti
yang aku lihat di film biru. Kepala pelirnya lebih besar dari batangnya,
berwarna merah tua, dan di ujungnya terlihat butiran air mani. Rupanya ia
terangsang juga saat itu. Sambil terus kupeluk dia, kujilat kepala merah tua
itu. Lidahku meraba-raba lubang diujung alat kelamin Arman, dan makin lama
batang pelirnya makin menegang dan mengeras. Panjangnya mungkin sekitar 17 cm
dan diameter kepalanya bisa sekitar 3 cm. Pelan-pelan kubuka mulutku dan
kumasukkan batang pelir Arman kedalam mulut. Lidahku masih menjilati kepala
pelirnya dan kucoba untuk memasukkan batang pelir itu sedalam-dalamnya ke dalam
mulutku. Aku tersedak karena kepalanya menyodok kerongkonganku. Arman mulai
terangsang juga dan ia mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dan kedua tangannya
memegang kepalaku.
Setiap kali batang pelir itu
menyodok kerongkonganku, aku hampir muntah, tapi kutahan sebisaku. Arman makin
cepat memompakan pelirnya di dalam mulutku sehingga aku terengah-engah karena
tidak bisa bernafas. Tiba-tiba ia berhenti dan mengangkatku untuk berdiri.
Dengan bernafsu ia menciumku dan kedua tangannya memelukku erat-erat. Aku membalasnya
dengan penuh nafsu juga. Lidahnya masuk kedalam mulutku dan menggelitik rongga
mulutku, sehingga mataku terbeliak-beliak penuh nikmat. Badannya yang berisi
itu kupeluk erat-erat dan kami terjatuh di atas tempat tidur, badannya menindih
badanku. Kaosku dilepasnya dan Arman mulai menjilati putingku yang kanan. Aku
menggeliat-geliat kegelian.... Geli yang nikmat.
Kedua tangan Arman mulai membuka
ikat pinggangku dan celanaku ditariknya ke bawah bersama-sama dengan celana
dalamku, sedang lidahnya masih bermain-main di kedua putingku. Pelirku yang
sudah tegang dari tadi dipegangnya dan dikocoknya pelan-pelan. Aku mengerang
keenakan, sambil kupeluk tubuhnya. Tiba-tiba ia berdiri meninggalkanku dan
menuju kamar mandi. Tak lama kemudian dia kembali dan ditangannya ada botol
body lotion yang disediakan hotel. Dilumurinya batang pelirnya dengan lotion
itu, kemudian kedua kakiku diangkatnya dan diletakkan dibahunya. Jarinya yang
masih berlumur lotion itu dimasukkannya kelubang pantatku. Aku merintih sambil
berkata :
"Jangan Arman,...... aku belum
pernah yang begituan......."
"Udah diem aja..... pasti enak
ntar......" katanya sambil terus menggerak-gerakkan jarinya dalam lubang
anusku. Memang lama-lama terasa nikmat dan tidak terasa sakit lagi. Tiba-tiba
aku merasa dua jarinya sekaligus dimasukkan kedalam lubang pantatku. Aku
menyeringai kesakitan, tapi Arman memegang kedua kakiku, sehingga aku tidak
bisa melepaskan diri darinya.
"Aduh.....aduh......
aauwww...... Man,..... sakiiit......Man......aduh...." rintihku.
Tapi dia terus memompakan kedua
jarinya dalam lubang anusku, dan lambat laun aku mulai terbiasa dan bahkan
merasakan nikmatnya, sehingga aku berhenti merintih. Dengan tangan kananku yang
bebas aku bisa mengocok kontolku yang sudah ngaceng keras dari tadi. Kemudian
Arman mencabut jari-jarinya dari lubang anusku dan mulai memasukkan kontolnya
yang besar itu kedalam pantatku. Aku berteriak kesakitan dan ia berhenti.
"Tahan.... ntar juga
biasa.........."katanya meyakinkanku. Ia memasukkan lagi kontolnya sedikit
demi sedikit, dan lama kelamaan aku bisa menerima batang pelir Arman yang besar
itu di dalam lubang anusku. Kemudian ia mulai memompakan batang pelirnya, masuk
keluar, masuk keluar, makin lama makin cepat. Aku juga makin cepat mengocok
kontolku sendiri, karena kurasakan kenikmatan bercampur kesakitan yang belum
pernah kurasakan sebelumnya. Arman makin cepat memompakan alat kelaminnya
di dalam boolku dan tak lama kemudian ia berteriak :
"Aaacch.........aaaccch.........."
Arman telah mencapai klimaks. Aku
merasakan spermanya menyemprot dengan kuat dalam lubang duburku. Ditusukkannya
dalam-dalam batang pelirnya sehingga kurasakan denyutan-denyutan kuat bersamaan
dengan menyemprotnya sperma. Ia memelukku erat-erat dan menciumku, kemudian
tergolek disampingku. Pada saat itu juga aku mencapai klimaks. Aku juga
berteriak ketika aku mencapai orgasme, spermaku menyemprot berkali-kali, sangat
banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan. Aku puas sekali dan kupeluk Arman
yang tergolek disampingku. Kemudian bersama-sama kami mandi, saling menyabun
badan masing-masing. Setelah berbilas kami kembali ketempat tidur dalam keadaan
bugil. Kami berpelukan terus sepanjang malam..........
Bersambung......