Selasa, 10 Desember 2013

Pertemuan Pertama


By Rudy

JUMAT
Siang tadi aku telefon Arman. Kami sepakat untuk bertemu di lobby Hilton Hotel besok, jam 15.00. Aku sudah tidak sabar menunggu saat-saat pertemuan kami yang pertama. Gambaran dirinya adalah idamanku, tinggi, badan atletis, berkumis tebal, rambut pendek dan macho. Semoga dia belum punya pacar.
SABTU
Sejak pagi aku gelisah sekali. Akhirnya saat-saat yang kunantikan tiba. Tepat pukul 14.30 aku meluncur ke Hilton. Untuk pertemuan yang pertama ini aku tidak ingin terlambat. Ketika memasuki lobby hotel, mataku menyapu seluruh ruangan. Aku melirik ke jam tanganku, ah ... masih jam 14.50, pasti dia belum sampai. Tiba-tiba dibelakangku ada suara yang sangat kukenal.
"Rudy..ya....?"
Aku membalikkan badan, dan didepanku berdiri seorang cowok berkaos putih ketat dan bercelana jeans biru tua, sedang tersenyum kepadaku. Aku tergagap dan menyapanya.
"Arman... ya....... ?"
Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya :
"Apa kabar......" katanya.
"Baik Man, kamu baik juga khan?"
jawabku sambil tersenyum pula. Ternyata dia lebih cakep dari bayanganku. Badannya yang atletis itu terbungkus dengan kaos putih yang ketat, menambah kejantanannya. Ia lebih tinggi dari bayanganku. Matanya kelihatan nakal sekali, dinaungi alisnya yang tebal membuatnya kelihatan simpatik.
"Yuk kita minum di coffee shop" kataku untuk menghilangkan kekakuan yang mulai timbul. Kami berjalan bersama menuju coffee shop tanpa kata, hanya kadang-kadang kami saling memandang dan tersenyum. Kami sengaja memilih meja yang agak dibelakang, sehingga kami leluasa untuk berbincang-bincang dan melihat orang yang lalu lalang didalam coffee shop itu. Banyak yang kami bicarakan, tentang percakapan-percakapan kami di telefon, tentang pekerjaan masing-masing dan tentang teman-teman yang kami kenal lewat cyber. Tidak terasa sudah 2 jam kami bercakap-cakap, tertawa-tawa, sehingga rasanya kami sudah kenal bertahun-tahun.
"Man, aku dapat voucher gratis untuk nginap di Hilton" kataku.
"Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Kamu mau nggak nginap di sini malam ini ?" tanyaku.
"Boleh....." katanya. "Kebetulan aku nggak ada acara malam ini."
Aku tersenyum gembira. Semoga dengan acara ini perkenalan kita jadi tambah berkesan. Setelah membereskan bill, kami segera menuju receptionist untuk check in. Kami mendapat kamar nomor 1206. Karena kami tidak membawa barang, tanpa diantar bell boy kami naik lift menuju lantai 12. Kamar 1206 ternyata tidak jauh dari lift. Ketika aku membuka pintu kamar, tangan Arman memegang tanganku. Tangannya yang berbulu itu meremas tanganku, dan tangannya yang satu lagi memeluk bahuku, bersama-sama kami memasuki kamar. Aku merebahkan badan ditempat tidur yang empuk dan besar itu, sambil memandangi Arman yang sedang menghidupkan TV.
"Aku pingin mandi nih....." katanya sambil membalikkan badan.
Aku hanya tersenyum ketika ia membuka kaosnya yang ketat itu. Dadanya yang bidang itu, penuh ditumbuhi bulu halus. Kulitnya yang sawo matang dan halus itu, sangat indah bagiku untuk dipandang terus menerus.
"Ngapain sih.... ngeliatin terus....." katanya sambil tersenyum
"Abis suka sih...... liat kamu ganteng begitu " kataku sambil tersenyum pula.
Pelan-pelan ia membuka gespernya. Kemudian kancing jean-nya dilepasnya satu persatu. Kemudian ia melepas celananya, sehingga tinggal memakai celana dalam ketat berwarna putih. Bulu dadanya yang halus itu menyatu dengan bulu-bulu lain diperutnya dan dibalik celana dalam itu. Alat kelaminnya kelihatan menonjol dibalik celana dalam putih itu, tampak setengah tegang. Aku tidak tahan lagi memandangnya. Segera aku berlutut didepannya, kucium perlahan-lahan daging dibalik celana dalam itu. Kedua tanganku memeluk pantatnya yang keras dan berisi. Pelan-pelan kutarik celana dalamnya kebawah, sehingga batang pelir yang setengah tegang itu keluar dari sarangnya, terayun-ayun didepan hidungku. Bulu jembutnya lebat sekali, menutupi pangkal pelirnya.
Kedua biji pelirnya juga besar, menempel kuat-kuat di bawah batang pelirnya, tidak tergantung-gantung seperti yang aku lihat di film biru. Kepala pelirnya lebih besar dari batangnya, berwarna merah tua, dan di ujungnya terlihat butiran air mani. Rupanya ia terangsang juga saat itu. Sambil terus kupeluk dia, kujilat kepala merah tua itu. Lidahku meraba-raba lubang diujung alat kelamin Arman, dan makin lama batang pelirnya makin menegang dan mengeras. Panjangnya mungkin sekitar 17 cm dan diameter kepalanya bisa sekitar 3 cm. Pelan-pelan kubuka mulutku dan kumasukkan batang pelir Arman kedalam mulut. Lidahku masih menjilati kepala pelirnya dan kucoba untuk memasukkan batang pelir itu sedalam-dalamnya ke dalam mulutku. Aku tersedak karena kepalanya menyodok kerongkonganku. Arman mulai terangsang juga dan ia mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dan kedua tangannya memegang kepalaku.
Setiap kali batang pelir itu menyodok kerongkonganku, aku hampir muntah, tapi kutahan sebisaku. Arman makin cepat memompakan pelirnya di dalam mulutku sehingga aku terengah-engah karena tidak bisa bernafas. Tiba-tiba ia berhenti dan mengangkatku untuk berdiri. Dengan bernafsu ia menciumku dan kedua tangannya memelukku erat-erat. Aku membalasnya dengan penuh nafsu juga. Lidahnya masuk kedalam mulutku dan menggelitik rongga mulutku, sehingga mataku terbeliak-beliak penuh nikmat. Badannya yang berisi itu kupeluk erat-erat dan kami terjatuh di atas tempat tidur, badannya menindih badanku. Kaosku dilepasnya dan Arman mulai menjilati putingku yang kanan. Aku menggeliat-geliat kegelian.... Geli yang nikmat.
Kedua tangan Arman mulai membuka ikat pinggangku dan celanaku ditariknya ke bawah bersama-sama dengan celana dalamku, sedang lidahnya masih bermain-main di kedua putingku. Pelirku yang sudah tegang dari tadi dipegangnya dan dikocoknya pelan-pelan. Aku mengerang keenakan, sambil kupeluk tubuhnya. Tiba-tiba ia berdiri meninggalkanku dan menuju kamar mandi. Tak lama kemudian dia kembali dan ditangannya ada botol body lotion yang disediakan hotel. Dilumurinya batang pelirnya dengan lotion itu, kemudian kedua kakiku diangkatnya dan diletakkan dibahunya. Jarinya yang masih berlumur lotion itu dimasukkannya kelubang pantatku. Aku merintih sambil berkata :
"Jangan Arman,...... aku belum pernah yang begituan......."
"Udah diem aja..... pasti enak ntar......" katanya sambil terus menggerak-gerakkan jarinya dalam lubang anusku. Memang lama-lama terasa nikmat dan tidak terasa sakit lagi. Tiba-tiba aku merasa dua jarinya sekaligus dimasukkan kedalam lubang pantatku. Aku menyeringai kesakitan, tapi Arman memegang kedua kakiku, sehingga aku tidak bisa melepaskan diri darinya.
"Aduh.....aduh...... aauwww...... Man,..... sakiiit......Man......aduh...." rintihku.
Tapi dia terus memompakan kedua jarinya dalam lubang anusku, dan lambat laun aku mulai terbiasa dan bahkan merasakan nikmatnya, sehingga aku berhenti merintih. Dengan tangan kananku yang bebas aku bisa mengocok kontolku yang sudah ngaceng keras dari tadi. Kemudian Arman mencabut jari-jarinya dari lubang anusku dan mulai memasukkan kontolnya yang besar itu kedalam pantatku. Aku berteriak kesakitan dan ia berhenti.
"Tahan.... ntar juga biasa.........."katanya meyakinkanku. Ia memasukkan lagi kontolnya sedikit demi sedikit, dan lama kelamaan aku bisa menerima batang pelir Arman yang besar itu di dalam lubang anusku. Kemudian ia mulai memompakan batang pelirnya, masuk keluar, masuk keluar, makin lama makin cepat. Aku juga makin cepat mengocok kontolku sendiri, karena kurasakan kenikmatan bercampur kesakitan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Arman makin cepat memompakan alat kelaminnya di dalam boolku dan tak lama kemudian ia berteriak :
"Aaacch.........aaaccch.........."
Arman telah mencapai klimaks. Aku merasakan spermanya menyemprot dengan kuat dalam lubang duburku. Ditusukkannya dalam-dalam batang pelirnya sehingga kurasakan denyutan-denyutan kuat bersamaan dengan menyemprotnya sperma. Ia memelukku erat-erat dan menciumku, kemudian tergolek disampingku. Pada saat itu juga aku mencapai klimaks. Aku juga berteriak ketika aku mencapai orgasme, spermaku menyemprot berkali-kali, sangat banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan. Aku puas sekali dan kupeluk Arman yang tergolek disampingku. Kemudian bersama-sama kami mandi, saling menyabun badan masing-masing. Setelah berbilas kami kembali ketempat tidur dalam keadaan bugil. Kami berpelukan terus sepanjang malam..........

Bersambung......